Tugas SoftSkill: Proses Produksi Musik Digital

 

Musik Digital Dalam Proses Produksi 




    Pada proses produksi terdapat 3 tahap diantaranya:

          1.Membentuk Konsep

Merupakan tahap awal untuk menentukan tujuan (visi dan misi) dan memastikan tujuan tercapai hingga proses terakhir. 

2.Mempersiapkan Materi

Materi disini mancakup komposisi dan lirik. Materi akan diarahkan agar tetap berada di jalur yang sudah ditetapkan. Materi lagu yang bagus (secara komposisi maupun lirik) akan mempermudah aransemen. 

3.Aransemen

Merupakan proses penyusunan materi agar lagu terdengar apik secara keseluruhan. Termasuk pemilihan genre.

Musik Digital Dalam Proses Distribusi

Proses distribusi musik digital melibatkan proses control, create, market, dan maintain business rules dari setiap materi digital. Salah satu istilah yang muncul kemudian adalah content management, yaitu suatu mekanisme untuk menyimpan materi digital serta control untuk search, browsing, access, dan retrieval oleh users baik secara individu, kelompok atau institusi/perusahaan.

Sejumlah service providers telah mulai menjual produk musik digitalnya secara langsung lewat internet. Namun demikian sejumlah kemudahan dalam dalam proses copy dan distribusi materi digital bila tidak disertai manajemen serta mekanisme proteksi dapat dengan mudah mengalami berbagai aspek yang terkait dengan penggunaan secara illegal.

Maka, untuk proteksi bisnis komersial dan perlindungan hak cipta serta mencegah pembajakan (digital piracy), diperlukan suatu sistem yang dapat mencegah akses dan penggunaan illegal dari musik digital serta manajemen terhadap copyright untuk penggunaan yang legal. Sistem yang digunakan saat ini yaitu Digital Rights Management (DRM). DRM adalah suatu sistem yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan pengaturan akses dan distribusi materi digital yang menjamin hak dan kewajiban antara pemilik, penerbit, penjual, serta pengguna.

Musik Digital Dalam Penggunaannya

Layanan musik streaming seperti Spotify AB dan Beats Music (dari Apple) disebut salah dua penggeraknya. Layanan online yang memungkinkan pengguna menikmati musik tanpa mengeluarkan biaya (karena ada iklan audio di dalamnya), atau juga yang menerapkan biaya berlangganan bulanan, keduanya digabungkan tumbuh 39 persen dari pendapatan 2013. Angka itu menggambarkan betapa era menikmati musik mulai bergeser, dari kepingan cakram padat ke format digital yang lebih murah.

Bagaimana di Indonesia? Ya, rasanya kurang lebih sama. Hanya saja belum bisa dipastikan berapa banyak angka pendapatan penjualan musik lewat layanan streaming atau metode unduhan berbayar.  

Meski begitu, ada beberapa indikator menunjukkan pergerakan pola konsumsi musik menggunakan layanan internet mulai menggerogoti. Salah satu paling kasat mata, bergugurannya toko-toko penjualan rekaman musik dalam bentuk fisik di Tanah Air.  

Mungkin Anda sudah mendengar. Kabar terbaru, salah satu toko penjualan rekaman fisik terbesar di Indonesia, Disc Tarra berencana menutup sekitar 40 gerainya akhir tahun ini. Perusahaan yang pernah punya 100 gerai ini nantinya hanya akan menyisakan delapan gerai saja di Jakarta. Toko lain yang sejumlah gerainya mulai gulung tikar ke depan adalah Duta Suara.

Ini bukan kali pertama toko CD lokal mengalami kesulitan dan memutuskan bubar jalan. Pada 2013, toko ternama di Jakarta, Aquarius lebih dahulu melakukannya. Toko terletak di Jalan Mahakam, Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini kehabisan nafas, tersengal-sengal menyaingi tren digital.

"Kami sudah kehabisan peluru. Ya, memang sudah saatnya, (produk rekaman musik) fisik enggak ada peminat," ungkap seorang petinggi toko Aquarius Ko Alyaw kepada salah satu media online nasional, Desember 2013 silam.

Lalu bagaimana masa depan industri musik Indonesia ke depan? Apakah ini akhir dari siklus kehidupannya? 

Menurut saya, seharusnya tidak. Sejarah mencatat teknologi baru di dunia musik memang akan selalu menyisihkan yang lama. Namun bukan berarti pelaku industri musik harus meratapi nasib sial karenanya. 

Sebagian dari Anda mungkin ingat dengan perangkat portabel berukuran kompak Walkman buatan Sony. Perangkat pemutar rekaman Kaset/CD ini pernah menjadi tren baru karena kepraktisannya yang bisa ditenteng ke mana-mana. Tapi, popularitasnya tidak langgeng. Kemunculan iPod, perangkat pemutar musik digital yang bisa memuat ratusan lagu, kemudian menggusurnya.

Belakangan, giliran iPod mengalami nasib sama. Seiring ponsel pintar memiliki fitur makin canggih, selain menyimpan dan memutar musik juga bisa digunakan untuk mendengar musik secara streaming, produk buatan Apple itu pun mulai kehilangan taji dan bahkan sudah dihentikan produksinya.

Posting Komentar

0 Komentar